Rabu, 21 Maret 2012

Makalah Metode Think Pair Share



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni, 2007: 11).
Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat memilih dan menggunakan beberapa metode mengajar. Banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru yang mana masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan suatu metode dapat ditutupi oleh metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think-Pair-Share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2005:57).

  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Apa pembelajaran kooperatif ?
2.      Bagaimana sintaks pembelajaran kooperatif think pair share ?
3.      Bagaimana implementasi kooperatif think pair share pada pembelajaran ?
  1. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui apa pembelajaran kooperatif
2.      Untuk mengetahui bagaimana sintaks pembelajaran kooperatif think pair share
3.      Untuk mengetahui bagaimana implementasi kooperatif think pair share pada pembelajaran




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson (dalam http://www.WordPress.com), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Sedangkan Lie (2005) menyebutkan model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas.
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya, (a) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, (d) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu. (http://www.idonbiu.com/2009/05/pembelajaran-cooperative-learning.htm).
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetaghuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam bentuk tulisan. Tugas–tugas orang lain akan memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki.
Ada tiga tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a.  Prestasi akademik
Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa berkemampuan tinggi maupun rendah. Khususnya bagi siswa berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat keuntungan karena pengetahuan semakin mendalam.
b.  Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilan-keterampilan kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak akan sangat bermanfaat bagi siswa ketika mereka
Keuntungan guru menggunakan pembelajaran kooperatif  ialah dapat menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional yaitu camah dan tanya jawab. Metode tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannva model cooperative learning, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup dan lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran kooperatif  mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu mengembangkan sosial skill siswa.

B.     Model Pembelajaran Think Pair Share
Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berbasis pembelajaran diskusi kelas.  Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur yang secara ekplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koooperatif. (http://www.WordPress.com)
Pembelajaran dengan think pare ini akan memberikan variasi tersendiri dalam lingkungan belajar siswa. Silberman (2009: 151) mengemukakan bahwa salah satu cara terbaik untuk mengembangkan belajar yang aktif adalah memberikan tugas belajar yang diselesaikan dalam kelompok kecil siswa. Dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam kelompoknya.  Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.
Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikirnya yang melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya ke mitranya. Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yamg diingat siswa. Dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.
Model pembelajaran think pair share ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu Silberman (2009: 161) menyebutkan istilah ”dua kepala tentu lebih baik daripada satu”. Langkah- langkah dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share sebagai berikut.
a.    Langkah 1, yaitu berfikir (thinking)
Guru  mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan berfikir.
b.    Langkah 2, yaitu berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan gagasan masing- masing siswa. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c.     Langkah 3, yaitu berbagi (sharing)
Pada tahap akhir, guru meminta pasangan- pasangan untuk berbagi dengan kelompok berpasangan keseluruhan kelas. Hal ini efektif baik untuk guru  maupun siswa untuk mengetahui ide- ide dari pasangan, dan kegiatan sharing ini dilanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat hasil dari yang didiskusikan untuk dilaporkan atau dipresentasikan.
Pada implementasinya, masing- masing model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Lie (2005: 46) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang siswa) adalah 1) akan meningkatkan pasrtisipasi siswa, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul, dan 3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
Para ahli berpendapat bahwa ada beberapa manfaat pentingnya menggunakan TPS sebagai berikut:
Jones (2002) menyatakan bahwa TPS membantu mengkonsturkan diskusi, dalam TPS siswa mengikuti proses yang telah ditentukan sehingga membantu siswa salam memfokuskan pikiran dan perilaku pada masalah yang sedang didiskusikan. Gunter, dkk (1999) berpendapat bahwa TPS dapat meningkatkan pastisipasi dan meningkatkan banyaknnya informasi yang dapat diingat siswa. Melalui TPS siswa saling belajar dan berupaya bertukar pikiran dan rasa percaya diri sebelum mengemukakan idenya ke kelaompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena mereka sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru.
Susilo (2005: 117) mengatakan bahwa TPS meningkatkan lamanya “time on task” dalam kelas dan kualitas kontribusi siswa dalam diskusi. Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosial mereka. Melalui TPS siswa dapat merasakan saling ketergantungan positif karena mereka belajar dari satu sama lain. Mampu menjunjung akuntabilitas individu karena mereka saling berbagi ide dalam kelompok maupun antar kelompok atau seluruh kelas. Mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan seyogyanya idak ada siswa yang mendominasi. Interaksi antar siswa cukup tinggi karena akan terlibat secara aktif dan sengaja berbicara atau mendengarkan.

C.    Implementasi Think Pair Share
Pembelajaran think pair share merupakan pembelajaran berbasis diskusi kelas dengan kelompok siswa berpasangan. Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking), tahap berpasangan (pairing), dan tahap berbagi (sharing). Sebelum memulai setiap pembelajaran, guru menyiapkan nomor undian bangku, siswa berbaris di depan kelas untuk mengambil nomor undian bangku. Guru melakukan hal ini supaya kelompok yang terbentuk tiap pertemuan berubah. Diharapkan dengan adanya pergantian kelompok ini, siswa dapat lebih akrab antara satu dengan yang lain, dan menghindari kesenjangan kelompok, sebab think pair share ini membutuhkan kerja sama yang baik dalam  kelompok berpasangannya.
Pada kegiatan inti, guru menerapkan think pair share kepada siswa. Pada tahap think, guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit. Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari  jawaban siswa ketika ditanya oleh guru mengenai media yang ditampilkan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKK dengan  cara berdiskusi bersama teman sebangkunya atau pasangannya, tahap ini disebut pair. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKK, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah share atau berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menaggapi jawaban teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih siswa berani mengeluarkan pendapat dan  berfikir kritis. Ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (Tim Penyusun, 2006:60) yaitu peserta didik mampu yang memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru  berupa “smile”.  Siswa yang mendapat “smile” terbanyak menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah inat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menerapkan think pair share kepada siswa. tahap think, guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit. Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari  jawaban siswa ketika ditanya oleh guru mengenai media yang ditampilkan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKS dengan  cara berdiskusi bersama teman sebangkunya atau pasangannya, tahap ini disebut pair. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKK, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah share atau berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menaggapi jawaban teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih siswa berani mengeluarkan pendapat dan  berfikir kritis. Ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (Tim Penyusun, 2006:60) yaitu peserta didik mampu yang memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru  berupa “smile”.  Siswa yang mendapat “smile” terbanyak menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah inat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Motivasi belajar memang diperlukan dalam pembelajaran. Terkait dengan motivasi belajar, Nasution ( 1993:8) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar. Selain pemberian reward, guru juga memiliki cara tersendiri dalam membangkitkan minat belajar siswa. Guru memberikan permanian- permainan pada tiap pertemuan untuk menunjang pembelajaran think pair share ini. Pada siklus I ini guru memberikan  permaian ”ayo mencari jalan” dan ”acak kata”. Pada tahap akhir, siswa diarahkan untuk mengungkapkan kesimpulan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil belajar secara individu, guru memberikan soal evaluasi, berupa soal subyektif. Siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan pembelajaran. Hal ini untuk memberikan saran pada guru agar pembelajaran selanjutnya lebih baik.















BAB III
KESIMPULAN

Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan model pembelajaran think pair share pada setiap pertemuan mengalami perubahan materi pokok dan variasi kegiatan, maksudnya adalah adanya variasi media pembelajaran yang digunakan dan adanya permainan – permainan untuk menunjang pembelajaran think pair share. 
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran think pair share dan nilai akhir yang berasal dari gabungan nilai individu dan kelompok.

Saran
Adapun saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut. Bagi siswa sebaiknya siswa meningkatkan aktivitas membaca, sehingga mempermudah dalam menghafal dan memahami materi IPS. Tingkatkan pula rasa percaya diri, agar selalu aktif mengikuti pembelajaran. Sedangkan saran bagi guru adalah  hendaknya guru bisa menerapkan  model pembelajaran think pair share. Agar siswa lebih aktif dan mampu mengidentifikasi masalah sosial  dan pemecahannya.


DAFTAR RUJUKAN

Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saukah, Ali dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tim penyusun. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.


3 komentar:

  1. Boleh tau judul pbuku pembelajaran think pair share??

    BalasHapus
  2. Boleh tau judul buku pembelajaaran think pair share sama penulisnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mengambil dari beberapa sumber antara lain: Anatahime. 2009. Think Pair Share. http://www.WordPress.com.think pair share/think-pair-share.html
      Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
      Lie, Anita. 2005.Cooperatif Learning: Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang- ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

      Hapus